Mendapatkan Apa Yang Kita Niatkan

Seharian ini emang lagi gabut, mengingat, penyakit murahan menyerang gara-gara makan ga bener, akhirnya kemarin mencoba baca buku, liat timeline, nonton, dan sampai akhirnya merenung.
Semalam tiba-tiba keinget akan kejadian pas jadi moderator di sebuah acara LDF. Ada seorang mahasiswi yang menang mapres, lalu ketika ditanya apa persiapannya ia menjawab "Kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan, saya sudah meniatkan akan menjadi mapres di sini dan sudah saya tulis, lalu saya berdoa pada Allah". Rasanya kalimat ini cocok buat keadaan semalam.

Ya, semalam perenungan saya tentang berdikari, tentang kemandirian, tentu dalam hal finansial. Saya sudah bisa hidup sendiri, tapi hidup tanpa suntikan uang dari kedua orangtua saya rasa belum. Rasa-rasanya dari dulu saya ingin meringankan beban orang tua. Hemm, sebenarnya bukan beban buat mereka, mereka sangat senang, bahkan mereka pernah melarang saya untuk kerja dan fokus saja kuliah. Dulu tentu berbeda, kita mesti Move On. Kata umi "umi ga akan pernah berhenti kasih kak la uang, tapi umi yakin suatu saat kalian akan merasa malu sendiri untuk minta" dan itu terbukti, menginjak semester 8 kemarin, saya udah malu minta dan hanya nunggu aja. hehehe

Semester 8 kemarin kebutuhan memang lagi banyak-banyaknya, skripsi, fotokopi, ngambil responden, biaya kesini, kesana, dll. Nah, kemarin saat awal semester 8 saya berjanji mau kerja untuk sedikit membantu kebutuhan dan sebenarnya mau nabung supaya bisa ke aceh kumpul terakhir dengan anak-anak ILMIKI. Hahahaha.

Akhirnya saya kerjalah ngajar awalnya 1 anak, lalu nambah 2 anak, lalu 3 anak. sebulan kerja sangat membantu nambahin bayar biaya tak terduga. dua bulan uangnya makin menipis dan kaya-kayanya ga bisa nabung buat ke aceh. Eh, Ternyata "Kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan" Bulan ketiga, tiba-tiba saldo uang saya bertambah begitu cepat, ada tambahan dari si Ibu anak ke 3, dan jumlahnya lumayan. akhirnya saya bisa berangkat ke aceh.
Agaknya niat untuk membantu orang tua kurang kuat sehingga tidak signifkan membantu.
akhirnya saya mendapatkan apa yang saya niatkan dengan kuat, uang itu bisa buat saya berangkat ke aceh dan menyampaikan LPJ saya.

Sekarang saya berpikir, melihat sahabat, teman, yang bisa biayain kehidupan kuliahnya sendiri, bahkan bantuin orang tua buat pengobatan, bener-bener berdikari, kesana kemari nyari uang buat menuhin bisa hidup, ini karena mereka emang bener-bener niat buat mandiri, jadi mereka mendapatkan apa yang mereka niatkan. Tapi khusus yang bisa bantuin ortu itu sepertinya niatnya untuk bahagian ortu, bahkan mereka ga takut sedikitpun uangnya akan berkurang dengan bahagiain ortu atau bantuin orang lain yang sulit. Buktinya selalu nambah kata dia.

Langsung lihat ke diri sendiri, rasanya kecil bangeeet. Selama ini saya belum terlalu niat bener-bener ngeringanin beban ortu. Hiks

Seseorang ngingetin saya kalo restu ortu saat itu belajar, jadi belajar aja sungguh-sungguh, ada waktunya untuk berdikari, kalo sungguh-sungguh berdikari juga pasti akan cepat kok. Setiap orang punya jalannya masing-masing. Bagian terpentingnya adalah menjalani jalan kehidupan kamu dengan sungguh-sungguh.

Kesimpulan renungan saya malam itu adalah hadits arbain pertama "innamal a'malu bin niah" "Sesungguhnya segala sesuatu bergantung pada niat". Jadi Luruskan niat kembali, profesi yang akan dijalani kedepan untuk ngebahagiaan ortu, pengalaman diri, mengingkatkan kapasitas diri, dan belajar mengabdi. Niat untuk ngajar-ngajar juga bisa meringankan orang tua. :)






Komentar

Postingan Populer