Survival
26 September kami
kembali ke Lindu setelah pertemuan dengan SKPD dan mempersiapkan stok makanan.
Kami diantar oleh dr.rahmi sampai ke Sidaunta untuk selanjutnya naik ojek
seperti biasa. Makanan dan peralatan penting
tak lupa kami bawa.
Setelah sampai kami
melihat rumah sudah sangat bersih dan siap untuk kami tempati. Segera mbak
rahma, mbak yunita, mbak anti, dan bang rezi bersiap-siap dan membereskan
barang. Setelah siang hari yang melelahkan kami baru sadar kalau kami belum
makan dan ternyata tidak ada gas untuk kami memasak. Selain itu kami masuk dan
melihat air tidak mengalir. Mulailah kami kerumah bu ida untuk minta dibuatkan
ikan goreng dan nasi serta meminjam gas untuk sementara. Fyi, membeli gas
disini harganya bisa dua kali lipat dari harga di Palu. Oh ya kami juga
mendapatkan makan siang gratis dari ibu. Hehe
Setelah pulang kami
segera membereskan air dan memperbaiki saluran diatas. Aku pun ikut menemani
bang rezi dan melihat sistem air disini. Air selalu mengalir tanpa henti jika
tidak mengalir berarti ada yang salah dengan salurannya atau sedang banyak pasir
lumpur, dedaunan yang menutup bak penampungan air bersama. aku melihat pipa
yang sangat panjang dan berbagai macam karena arah tujuan rumah yang berbeda.
Ada dua bak penampungan besar yang menampung air untuk dialirkan. Aliran air
kami sore itu sangat kecil sehingga tidak bisa masuk ke kamar mandi. Kami
berupaya hingga sore tidak ada perubahan. Akhirnya kami memutuskan berharap
untuk hujan karena memang menurut informasi sudah tiga hari tidak hujan. Dan
tentu saja kami akhirnya tidak seorangpun dari kami yang mandi sore.
Setelah sore hari
menunggu, air minum sudah habis dan gas juga belum ada. Mbak rahma memberi ide
untuk membuat tunggu dari kayu bakar untuk memasak sementara. Akhirnya kamipun
membuat tungku tersebut. Setelah hamir 15 menit kami merasa selalu gagal membakar
kayu dan kertas-kertas karena selalu mati. Tungku yang baik adalah adanya bara
api. Tiba-tiba aku merasa tungku ini sangat dekat dengan diriku, yaaa, aku
pernah melihat tante di kampungku melakukan adegan tiup pada tungku. Tanpa
berpikir panjang akupun langsung melakukan adegan tersebut. Setelah akhirnya
hampir putus asa ternyata airnya mendidih dan kentangnya matang.
Kami tertawa-tawa
dan bu ida datang, waaaaah.... Survival kalian ya...
Cobaan di hari
pertama yang membuat kami menyadari bahwa bisa saja yang terjadi adalah hal
terburuk dan kita harus siap dengan hal terburuk apapun.
Komentar
Posting Komentar