Refleksi Hari Keperawatan Sedunia 12 Mei 2012

Hari ini tanggal 12 Mei 2012 kembali dunia keperawatan memperingati Hari Keperawatan Sedunia. Hari ini merupakan hari kelahiran Florence Nightingle yang disebut sebagai ibu keperawatan sedunia karena telah mencetuskan keperawatan kepada dunia. Meski sebenarnya saya dan kebanyakan orang tidak mengatakan beliau adalah orang yang memperkenalkan keperawatan karena sesungguhnya waktu saat itu beliau hanya berfokus pada lingkungan. Padahal keperawatan tidak hanya berfokus pada lingkunga tapi juga bio-psiko-sosial. Terlepas dari hal itu tanggal 12 mei ditetapkan sebagai hari peringatan keperawatan. Dimana harapannya hari ini merupakan sebuah hari dimana semua perawt merayakan dan berbangga atas profesinya dan kontribusi yang telah diberikan kepada masyakarakat. pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membuat sedikit refleksi peringatan tahun ini dengan gambaran evaluasi terhadap dunia keperawatan .
1. Closing the Gap: evidence to action
pada tahun ini ICN (internation nurses council) menetapkan tema tersebut "Closing the gap: From Evidence to Action", Menutup kesenjangan melalui evidence based menuju aksi nyata. jujur saja saya menyatakan tema ini tidak tepat untuk keadaan keperawatan indonesia. Evidence disini yang dimaksud adalah bagaiman dunia keperawatan dapat melakukan tindakan atau mengembangkan keilmuan berdasarkan evidence based yang tentu saja berasal dari penelitian-penelitian. sehingga akses pelayanan keperawatan menjadi lebih baik. Mengapa saya katakan tidak relevan karena saat ini kondisi keperawatan indonesia masih jauh dari kata profesionalitas, masih banyak perawat kita yang melakukan ritual atau kebiasaan tanpa badan keilmuan. ini semua karena tidak adanya peraturan yang mengikat mengenai pelatihan dan pembinaan keperawatan berkelanjutan. akibatnya pelayanan ke masyarakat tidak berkembang dan stagnan. selain itu penelitian tidak atua hanya sedikit sekali dilakukan. selain itu dana untuk penelitian keperawatan belum pernah dialokasikan (setau saya), sehingga kebijakan yang dibuat tidak berdasarkan evidence based, atau bahkan tidak dibuat. jikapun ada penelitian yang dilakukan ternyata rekomendasi atau hasilnya tidak dijadikan dasar dalam membuat kebijakan. SEHINGGA KESIMPULANNYA, PERLU ADA PERATURAN YANG MENGIKAT.
2. PERAWAT TIDAK MEMILIKI BARGAINING POSITION
jika kita tilik lebih lanjut saat ini perawat tidak memiliki posisi penting, meskipun perannya dianggap penting akan tetapi tidak diberi posisi penting. sebagai contoh, masih banyak di rumah sakit yang bagian manajemen keperawatannya di pegang oleh profesi lainnya. di rumah sakit ada yang disebut dengan bina pelayanan medik dimana fungsinya mengatur, meregulasi, mengawasi pelayanan medik kepada pasien. nah, di keperawatan bagian bina pelayanan keperawatan tidak ada dan biasanya sering berada di bawah bina pelayanan medik, dimana artinya diatur oleh profesi lain. dalam notabenenya kebanyakan dari mereka menganggap bahwa keperawatan adalah pembantu. ini sangat fatal, jelas kesetaraan antar profesi dan kemandirian harus ditunjukan dengan menagtur dirinya sendiri. maka terjadilah kebijakan yang tidak sesuai dengan keilmuan keperawatan. saya menyatakan semua ini adalah kegagalan kementerian kesehatan yang tidak memberikan posisi penting bagi perawat untuk mengatur dirinya sendiri.
3. Kaderisasi Keperawatan Perlu diperbaiki
setelah merefleksi masalah-masalah yang muncul dari eksternal, saya mencoba menjabarkan sedikit mengenai pentingnya kaderisasi keperawatan di indonesia. kaderisasi yang saya maksud yaitu kaderisasi di dunia pendidikan terutama. beragamnya jenjang pendidikan keperawatan harus tetap menunjukan profesionalitas dan rasa percaya diri juga kemandirian bagi calon perawat. Setiap jenjang pendidikan harus memiliki perbedaan yang jelas kompetensinya dan harus terlihat jelas di praktiknya kepada masyarakat. sehingga perawat dapat sejajar dan melayani masyakat dengan professional. saya melihat banyak sekali budaya-budaya di pendidikan keperawatan yang tidak baik dan menurunkan kepercayaan diri sebagai seorang perawat, seperti kebiasaan dosen-dosen yang menekan mahasiswa, galak, terlalu kaku, dan tidak kebiasaan tidak memberi motivasi kepada siswanya terutama menggambarkan perawat yang ideal itu bagaimana. Padahal yang terpenting ektika kita menjadi perawat adalah caring selain menegtahui ilmunya, selain mencatat tindakan apa yang kita gunakan. oh ya, satu lagi kebiasaan tidak asertif sehingga tidak berani berargumentasi dan menyejarkan diri. kita terbiasa untuk sabar yang kadang tidak tepat. oleh karena itu sistem pendidikan keperawatan saat ini harus berfokus pada menciptakan calon perawat profesional tidak hanya mengeruk uang keuntungan biaya pendidikan saja. Budaya berorganisasi juga di keperawatan harus digalakan, karena sesunggunya perawat itu adalah leader ketika nanti melayani masyarakat. dia harus punya kemampuan memimpin dan semua itu diasah dengan berorganisasi. lihat saja akan terlihat perawat yang dahulunya berorganisasi dengan yang tidak pernah berorganisasi
4. RUU Keperawatan harus segera disahkan
perjalanan panjang ruu keperawatan merupakan suatu bukti tuntutan keperawatan agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. saat ini kebijakan yang berpihak pada pelayanan keperawatan masih sedikit dan seringkali diatur oleh orang yang tidak memiliki core competenci keperawatan. sehingga kebijakannya tidak menjawab kebutuhan pelayanan keperawatan kepada masyarakat. jujur saya mengatakan pemerintah melakukan diskriminasi terhadap keperawatan. oleh karena itu dibutuhkan suatu undang-undang yang mengatur keperawatan dan menjadi akselarasi perubahan dunia keperawatan di masa yang akan datang. sehingga kesehatan masyrakat cepat dicapai. semoga tahun ini RUU Keperawatan segera disahkan
demikianlah beberapa refleksi saya di hari keperawatan 12 mei 2012. semoga peringatan tahun ini merupakan titik balik bagi seluruh elemen keperawatan untuk berbenah diri.
#merawatindonesia HIDUP KESEHATAN MASYARAKAT!
HIDUP MAHASISWA!!
Hidup Rakya Indonesia

Komentar

Postingan Populer